20130616

Human: Prayer and The Keeper

Seperti biasa, bagi saya malam hari merupakan waktu ketika inspirasi tiba-tiba mengalir deras masuk ke dalam alam pikiran. Dan kebetulan, saat ini seharusnya saya telah tertidur pulas.

Jam di ponselku menunjukkan pukul 00:39. Tengah malam. Namun, ponsel tersebut tiba-tiba berdering.
Aku yang sedang terlelap sontak saja terbangun dan melihat layar ponsel. Hmm, ini pamanku yang pernah menawarkanku proyek, yang ketika itu aku tidak punya cukup waktu untuk mengerjakannya. Tapi ini bukan jam kerja, pikirku. Akupun mendiamkannya dengan menghilangkan deringnya terlebih dahulu dan kemudian mencoba untuk tidur kembali. Tak lama, ponselku kembali bersuara. Dan sekali lagi.

Kucoba untuk mengangkat panggilan ini. "Halo..? Assalamu'alaikum?"

Tidak terdengar jawaban dari seberang sana, hanya terdengar samar-samar suara riuh ramai seperti dalam acara musik. Aneh, pikirku.

Akupun memutuskan untuk bangun sejenak. Kemudian aku menyadari, aku belum menunaikan kewajibanku. Shalat Isya'. Aku beranjak mengambil air wudhu dan menunaikan apa yang seharusnya kukerjakan terlebih dahulu sebelum terlelap.

Selesai dari tugasku, tiba-tiba terlintas satu pesan yang dikirimkan ibuku melalui media sosial di ponsel. "Hajar aswad merupakan Super konduktor.." Kira-kira begitu bunyi judulnya. Andapun bisa mencoba mencarinya di media pencari Google dan membacanya. Dalam kegiatanku mengetahui kebenarannya, kubaca pula beberapa analisis orang lain mengenai artikel tersebut. Kebanyakan orang dapat mematahkannya secara ilmiah, karena tulisan tersebut tidak menggunakan kaidah-kaidah penulisan ilmiah dan dapat dikatakan kurang empiris. Oleh karena itu, banyak orang yang mencap tulisan tersebut adalah HOAX. Namun, aku tidak serta merta berhenti oleh stigma yang diberikan orang. Masih ada suatu pemikiran yang mengusikku..

Mungkinkah sebenarnya manusia di dunia ini diperintahkan menegakkan sholat untuk menjaga kelangsungan kehidupan di alam semesta?

Beberapa frasa tiba-tiba bermunculan di kepalaku untuk mendukung hipotesisku ini. Sebagian dari pelajaran agama, sebagaian dari apa yang kuserap dalam kehidupan sehari-hari, sebagian lainnya dari hasil pergelutan pikiran dan perasaan dalam merasionalkan segala sesuatu..

Shalat (Doa) dan Otak Manusia

"Dan tegakkanlah shalat.."
"Shalat adalah tiang agama."
Tentu sudah tidak asing bagi umat muslim untuk mendengar frasa-frasa tersebut. Shalat itu dalam perintahnya adalah untuk didirikan, bukan sekedar dikerjakan. Wajar pulalah untuk menegakkan sesuatu yang sesungguhnya merupakan tiang. Tiang tegak, bangunan berdiri.

Shalat sejatinya merupakan kegiatan berdoa dan meditasi, namun dengan kaidah, serta waktu yang telah ditetapkan dan distandarkan. Pada saat berdoa, otak manusia memancarkan gelombang elektromagnetik, sebagai suatu upaya untuk menyelaraskan apa yang kita pikirkan dengan realita. Berdoa merupakan suatu cara untuk meningkatkan probabilitas terwujudnya apa yang kita inginkan untuk melawan berbagai kemungkinan lainnya. Bagaimana caranya?

Manusia telah ditakdirkan untuk menjadi makhluk sosial. Oleh karena itu, untuk mencapai sesuatu manusia tidak dapat serta merta mendapatkannya hanya dengan usaha sendiri. Di sisi lain, manusia memancarkan gelombang otak, gelombang elektromagnetik dengan frekuensi rendah yang acak dan saling berbeda tiap orang dengan orang lainnya. Dalam kehidupan sehari-hari, tiap-tiap manusia akan menginterferensi gelombang otak orang lain di sekitarnya. Secara tidak kita sadari, hal tersebutlah yang mendukung apapun yang kita inginkan. Akan tetapi, ketika berdoa, kondisi gelombang otak ini menjadi lebih teratur. Hal ini dapat diperkuat dengan melakukan doa bersama, atau dalam konteks shalat: berjamaah. Shalat yang seperti telah disebutkan di atas merupakan doa dengan tata cara yang telah distandarkan, membuat gelombang otak yang dihasilkan tiap-tiap anggota jamaah menjadi sinkron dan harmonis. Jika kita mencoba mengingat teori tentang gelombang, interferensi positif terjadi saat gelombang dengan fase yang sama bertemu. Maka, dengan berjamaah kita mengirimkan gelombang otak yang sama dengan intensitas yang jauh lebih besar. Kemudian, setelah shalat tiap orang masih dianjurkan untuk melanjutkan dengan memanjatkan doa masing-masing. Secara rasional, dapat dikatakan bahwa pada saat setelah shalat, gelombang otak jamaah secara kolektif masih memiliki intensitas yang besar. Sehingga secara lebih kuat mempengaruhi lingkungan sekitar.

Meskipun manusia dapat menentukan sendiri nasibnya dengan berdoa dan berusaha, bukan berarti kita melupakan bahwa Allah lah yang Maha Pengatur dan Maha Pengabul Doa. Manusia dapat memiliki keinginan dan berdoa dengan kuat, namun kita (terutama sangat terbatas mengenai pemahaman ilmu mengenai alam semesta) tidak dapat mengatur intensitas dan kualitas gelombang otak yang kita emisikan. Oleh karena itu, memintalah kepada Tuhanmu dengan rendah hati.

"Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan keji dan munkar."
Shalat, berisi bacaan-bacaan yang membuat manusia mengingat Allah, bukan hanya sekedar memanjatkan keinginan hawa nafsunya belaka. Dengan mengingat Allah hati menjadi tenang. Dengan ketenangan, orang cenderung tidak membesarkan hawa nafsunya yang suka berbuat kerusakan. Apalagi jika dilakukan secara berjamaah, maka kedamaian yang diemisikan tersebut menjadi jauh lebih besar. Diterangkan oleh Rasulullah S.A.W bahwa shalat berjamaah lebih utama 27 derajat dibandingkan shalat sendirian.

Shalat dan Rotasi Bumi

Shalat fardhu yang lima waktu dilakukan sesuai waktu yang telah ditetapkan. Sebagai tanda pengingat waktu shalat maka dikumandangkanlah adzan. Dengan tersebarnya umat muslim ke seluruh penjuru dunia, hal tersebut menyebabkan adzan berkumandang secara estafet tanpa terputus dari bumi belahan timur hingga belahan barat dan berulang setiap harinya, subhanallah. Kondisi tersebut secara langsung juga berarti bahwa shalat dilakukan secara estafet, tanpa henti oleh penduduk bumi.

Shalat malam atau qiyamul lail atau bangun malam sangat dianjurkan untuk dilakukan. Mengapa? Karena orang-orang disekitar kita sedang terlelap. Seperti halnya kita dapat menangkap siaran radio jarak jauh dengan jernih pada malam hari, begitu pula emisi gelombang otak kita. Kita dapat membuat perubahan yang lebih besar serta "mendengar" resonansi yang juga besar pada malam hari. Terutama apabila kita gali lebih dalam, mengapa kita shalat dengan menghadapkan wajah dan pikiran kita ke arah Ka'bah di Masjidil Haram.

Shalat dan Antenna Bumi

Dengan menghadapkan diri kita secara fisik dan batin (melalui niat) ke arah Ka'bah, maka secara tidak langsung, ke arah sanalah kita mengirimkan gelombang otak kita pada saat shalat. Ada yang unik di sini. Seluruh umat muslim di muka bumi, mengirimkan suatu gelombang otak berisi segala sesuatu tentang mengingat Allah ke satu titik di muka bumi. Di sekitar titik tersebut pula dilakukannya tawaf atau perputaran mengelilingi Ka'bah. Coba kita bayangkan kaidah tangan kanan pada saat belajar mengenai elektromagnetik di sekolah dulu: tangan kanan yang menggenggam keempat jari selain ibu jari, dan ibu jari menghadap ke atas. Jika suatu konduktor dikelilingi oleh elektron yang berputar berlawanan arah jarum jam (arah keempat jari), maka akan menghasilkan medan magnet ke arah atas (ibu jari). Manusia menghasilkan energi listrik, hal tersebut dapat dibuktikan dengan cara kerja syaraf. Sehingga saat manusia berputar mengelilingi Ka'bah secara berlawanan arah jarum jam, akan terbentuk suatu medan magnet yang besar ke arah langit. Lalu apakah yang berfungsi sebagai konduktor? Itulah yang menarik. Hajar aswad diceritakan sebagai batu dari surga. Beberapa orang menafsirkan hal tersebut dengan meteorit. Kebanyakan logam berat tidak dapat diproduksi oleh inti matahari kita, sehingga dapat dipastikan bahwa logam-logam tersebut merupakan material dari luar angkasa yang diproduksi oleh bintang yang jauh lebih besar dan panas dari matahari. Jika hajar aswad merupakan konduktor, maka lengkaplah sudah cara manusia mengirimkan pesannya ke langit.

Mengapa ke langit? Pada kesempatan yang lain akan aku bahas mengenai Bumi sebagai Pusat Alam Semesta. Secara ringkas, argumenku mengenai hal ini adalah "Bumi merupakan satu-satunya planet yang dapat menunjang kehidupan manusia. Sedangkan planet dan bintang di alam semesta yang tak terhitung jumlahnya merupakan sistem penunjang yang menyebabkan sifat-sifat fisika menjadi seperti saat ini." Jadi, ketika disebutkan bahwa diciptakan langit dan bumi, secara esensi bumi itu adalah planet kita ini. Planet satu-satunya yang harus kita jaga bersama. Nah, mengapa kita juga mengirimkan gelombang otak ke langit? Menurutku adalah agar benda langit yang mempengaruhi kondisi atau keberadaan tiap-tiap individu manusia berada pada kondisi yang sesuai untuk menunjang apa yang diinginkannya. Orang pada jaman dahulu telah menghubungkan sifat manusia dengan konstelasi bintang. Ada yang menganggapnya syirik, namun secara pribadi aku menganggapnya sains yang terkubur. Bukan untuk mempercayai ramalan, namun meyakini bahwa Allah yang mengatur posisi bintang, planet, dan benda-benda angkasa lainnya, dan kondisi tersebut mempengaruhi individu yang memiliki relasi dengannya. Ingat, dunia beserta isinya ini adalah suatu Sistem Mahahebat milik Sang Pencipta yang kompleksitasnya tidak dapat dinalar oleh logika manusia.

Oleh karena itu, menurutku shalat adalah perintah untuk menjaga Sistem Mahahebat yang dititipkan kepada manusia untuk menjadi pengawasnya, agar jalan kehidupan yang sustainable di bumi ini tetap berjalan hingga tiba saatnya akhir dari segalanya.

Dari sudut pandang otakku yang konspiratif, kaum pengikut Iblis sebenarnya telah menyadari berbagai fakta yang aku tulis di atas. Sehingga muncullah program-program untuk mengurangi populasi manusia di dunia dengan propaganda overpopulation, program bank dunia untuk memperbesar gap antara kaum yg menguasai sumberdaya dengan kaum miskin, sehingga muncul kelaparan, kelangkaan, kekurangan berbagai hal yang sebenarnya cuma masalah dalam distribusi saja. Dengan manusia yang saat ini berjumlah 6 miliar jiwa pun, bumi masih mampu mendukung miliaran jiwa tambahan untuk hidup dengan layak, apabila manusia-manusia rakus tidak menimbun sumberdaya untuk kepentingannya sendiri serta tidak merusak kekayaan alam bumi.

Gempa menjadi semakin sering terjadi. Alam seolah tidak ramah lagi kepada manusia.

Tatanan dunia baru menciptakan dunia yang penuh ketakutan, teror. Mereka melangkakan sesuatu, kemudian menjual solusinya dengan harga yang mahal. Cukup untuk membentuk paradigma pada manusia yang ada bahwa sudah terlalu banyak manusia yang ada di dunia.

Namun, agenda di balik itu semua, adalah untuk memotong estafet shalat dan doa yang dilakukan oleh manusia. Sehingga tiba era saat manusia tidak lagi menjadi pelindung dan pengawas bumi, namun menghancurkan segalanya.

20130526

Your government is a corporation, not a country.
-- Anonymous 

20130517

Konflik dalam kepemimpinan

Anda merupakan salah satu diantara dua: generalis atau spesialis.
Seorang generalis atau dalam istilah pada artikel sebelumnya disebut dengan jack-of-all-trade, memiliki kemampuan untuk memahami sesuatu secara fundamental. Sehingga, pengetahuannya di suatu bidang ilmu, dapat diterapkan pada suatu kondisi yang "serupa" dalam keilmuan yang lain. Generalis menyukai hal baru, dan dapat dengan mudah mempelajari serta beradaptasi dengan suatu ilmu atau lingkungan yang baru.

Di balik kelebihan tersebut, seorang generalis tidak dapat melakukan hal-hal spesifik secara individu dengan sempurna. Generalis bisa saja melakukan apapun. Namun, hanya sebatas "bisa", dan dengan hasil yang biasa-biasa saja.

Seorang spesialis memahami sesuatu secara fokus dan mendetil. Berbagai unsur di dalam bidang keilmuannya dipelajari dengan cermat dan mendalam. Mungkin dapat dikatakan, hanya sedikit orang lain yang bisa menyamai kemampuan seorang spesialis di bidangnya. Spesialis merupakan orang yang tidak mudah bosan, dengan menekuni satu hal secara konsisten dan terus-menerus.

Kelebihan tersebut tidak membuat seorang spesialis mampu melakukan banyak hal. Cukup banyak aktivitas yang tidak dapat dikerjakan oleh seorang spesialis di luar bidangnya, sehingga memerlukan bantuan dari spesialis lain dari bidang lainnya.

Bagaimana masing-masing bekerja?

Jack of all trades

Sebelumnya, postingan ini jelas masih menunjukkan kalau saya masih belum bisa merutinkan aktivitas menulis. Postingan terakhir saya bertanggal 7, padahal sekarang tanggal 17! Sudah sepuluh hari saya tidak menulis sesuatu disini. Namun, hari ini saya akan menulis tentang suatu frasa yang terkenal, yaitu
Jack of all trades, (master of none).
source: emilyzuwiala.com

Hal ini menarik, karena beragamnya pendapat yang ada di berbagai kalangan baik ranah nyata maupun maya, serta konotasi negatif yang ada dalam perspektif dunia saat ini. Berikut ini artikel yang semoga menarik untuk disimak.

20130507

Anak pertama bisa dianggap sebagai prototipe. Umumnya anak kedua, ketiga dan seterusnya punya penampilan yang lebih rupawan dan mutakhir.
 --Anonim

Sekedar ocehan ngawur tengah malam. Masa iya, anak disamakan dengan produk bikinan manufaktur? (didukung oleh statistik random sampling dengan populasi yang 'mini', se-'mini' rok mbak-mbak di emoll)

Betewe, jadi teringat produk samsun es 4 yang bentuknya masih mirip-mirip pendahulunya. Lebih mutakhir iya, tapi gak lebih rupawan!